20 Agustus 2009

Kesaksian - Doa Orang Asing Menyembuhkan Aku

Keseharian Fony sebagai ibu rumah tangga akan segera berakhir. Hal itu berawal dari sakit flu yang dialaminya.

"Tepatnya pada 16 Mei 2007, pagi hari itu istri saya merasakan sakit pada kaki-kakinya," ujar Stevanus membuka kisahnya mengenai kasus penyakit langka yang dialami Fony, istrinya.

Hari itu Fony merintih kesakitan di atas tempat tidur. Fony benar-benar merasa tubuhnya sangat lemah. Rasa sakit yang dialaminya terasa semakin parah. Stevanus sempat bingung dan panik melihat keadaan istrinya.

Melihat keadaan ibunya yang sangat kesakitan, tanpa diketahui oleh ayahnya, Vincent, anak Fony, berlari memanggil Om Ming Tuan, tetangga mereka. Dengan polosnya, Vincent meminta Om Ming Tuan mendoakan ibunya yang tampak sedang sekarat.

Mendengar saran dari tetangganya, Stevanus membawa Fony ke rumah sakit untuk diperiksa. Awalnya, dari hasil pemeriksaan darah di bagian internis, Fonny didiagnosa menderita penyakit kuning. Sewaktu sadar, Fony menyadari bahwa banyak cairan yang keluar dari mulut dan hidungnya. Sedikit salah posisi saat tidur saja dapat membuat Fony muntah sampai akhirnya pingsan sampai keesokan harinya.

Karena sakit yang dialami Fony tidak ditemukan penyebabnya, dokter menyarankan agar Fony dirawat untuk diobservasi. Selama berada di ruang perawatan, Fony merasakan kesakitan yang luar biasa pada kakinya. Mulai dari kaki kanan terus menjalar ke atas. Obat yang diberikan dokter dan perawat untuk menahan rasa nyeri, tidak membuat penyakit Fony semakin baik, tapi malah bertambah parah. Tidak tahan melihat keadaan istrinya, Stevanus berkeras ingin menemui dokter untuk menanyakan kepastian mengenai penyakit istrinya. Dari dokter itulah Stevanus akhirnya mengetahui kalau Fony terkena penyakit GBS, sebuah penyakit langka. Dokter pun menyarankan tindakan operasi secepat mungkin.

Stevanus menantikan dengan cemas waktu pelaksanaan operasi terhadap istrinya. Namun sampai lima hari berlalu, belum ada tindakan apa pun yang dilakukan oleh tim dokter dan penyakit Fony semakin parah. Kondisi kesehatan Fony semakin merosot, tidak ada harapan untuk tertolong.

Dengan harapan yang begitu tipis, Stevanus memindahkan Fony ke rumah sakit lain di Lippo Karawaci untuk mendapatkan penanganan lain yang lebih serius. Dari hasil pemeriksaan, paru-paru Fony telah dipenuhi banyak cairan dahak sampai pada satu kondisi yang membuat Fony tidak dapat bernapas lagi. Bila tidak segera ditolong, kondisi ini dapat menyebabkan kematian karena pasien menderita sesak napas yang parah.

Selama dirawat, Fony banyak melihat orang-orang yang dirawat di sekitarnya meninggal. Sehingga bagi Fony, melihat orang-orang di sekitarnya meninggal adalah suatu hal yang biasa. Saat malam tiba dan Fony melihat ke jendela, Fony seperti melihat bayangan hitam menyerupai persegi panjang berjalan mondar-mandir melewati
pasien-pasien lain di sekitarnya. Silih berganti, pasien-pasien di ICU meninggal dunia. Apakah malaikat maut akan menjemput Fony juga?

Stevanus benar-benar merasakan suatu beban yang sangat berat. Kalut, panik, stres, bingung, dan ketakutan, bercampur aduk menjadi satu. Di kantor, Stevanus tidak dapat bekerja dengan tenang karena Stevanus harus melihat penderitaan yang begitu luar biasa dari istrinya. Jadi kalau Fony sakit, Stevanus pun merasakan suatu kesakitan. Stevanus benar-benar merasa tertekan.

Dalam keadaan yang begitu menghimpit hidupnya, Stevanus menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Suatu hari, Stevanus menelepon satu layanan doa pada sebuah siaran radio dan dia pun didoakan. Pada saat itu, ada seseorang yang juga sedang mendengarkan siaran radio yang sama dan mendengar masalah yang disampaikan Stevanus. Keesokan harinya, orang tersebut mendatangi rumah sakit di mana istri Stevanus dirawat. Orang tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Benny. Dia adalah pendengar setia dari layanan doa radio tersebut. Benny juga mengatakan kalau ia biasanya mendoakan orang-orang yang sakit.

Pada waktu Benny datang pertama kali, secara manusia Fony tidak respek akan kehadiran Benny karena penampilannya yang begitu "low profile", tidak menunjukkan seorang hamba Tuhan yang berpenampilan rapi. Saat didoakan pun Fony tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Benny doakan.

Meskipun Fony kurang menghargai hamba Tuhan tersebut, tanpa disadarinya pagi itu Tuhan menyatakan kuasanya. Keesokan harinya, Fony merasakan perubahan yang sangat besar. Fony merasa seperti memiliki tubuh yang baru. Ia bisa duduk dan sepertinya tidak merasakan sakit apa pun. Sejak saat itu, Fony merasakan perubahan yang luar biasa. Hanya dalam empat belas hari, Fony sudah diperbolehkan pulang.

Saat ini Fony sudah dapat melakukan pekerjaan rumah tangga dan kembali bercengkerama dengan keluarga.

"Dengan kesembuhan ini, saya merasakan bahwa Yesus itu sangat luar biasa karena saya sudah disembuhkan dengan sempurna. Tuhan mengasihi saya, menyembuhkan saya secara total, dan ini semua karena kebaikan Tuhan," ujar Fony.

"Saya tidak salah memilih Yesus sebagai Tuhan saya. Karena ia telah memberikan kepada saya begitu banyak pertolongan. Tuhanlah yang 'The Best'," ujar Stevanus menambahkan kesaksian istrinya.

Rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan, tapi damai sejahtera yang memberikan hari esok yang penuh harapan. (Kisah ini telah ditayangkan pada 17 Desember 2007 dalam acara Solusi di SCTV.)

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Jawaban.Com
Judul asli artikel: Doa Orang Asing Sembuhkanku
Penulis: Fony
Alamat URL:
http://jawaban.com/news/spiritual/detail.php?id_news=071219160253


Baca_selengkapnya......

03 Agustus 2009

Foto-foto gedung GKPI Citeureup

Foto-foto diambil dari facebook: Pemuda GKPI Citeureup.





Baca_selengkapnya......

02 Agustus 2009

Kesaksian - Ia akan memampukanku untuk menanggungnya

Rose Allen melompat dari tempat tidurnya dan mengintip ke luar jendela. Di sana, di depan pintunya, berdiri seorang kepala polisi, dua orang petugas polisi, dan segerombolan orang yang sedang membawa obor. Mereka sedang berbicara kepada ayahnya di anak tangga pintu. Ia menatap pada jam di atas rak pada perapian. Pukul 02.00 dini hari.

Ibu dari Rose, Alice Munt, telah terbangun pula oleh gedoran yang keras pada pintu. "Ada apa, Rose?" Ia berbisik.

"Mereka telah datang untuk menangkap kita, Bu," Rose berbisik kembali. Rose dapat mendengar ayahnya, William, membiarkan para pria itu masuk. Kemudian ia mendengar langkah kaki menaiki tangga.

Teman-teman telah memperingatkan mereka akan bahaya dari tidak menghadiri gereja yang resmi. Namun, rasa tanggung jawab terhadap kebenaran jauh lebih kuat daripada rasa takut mereka. Mereka terus melanjutkan untuk berbakti di tempat-tempat rahasia dengan sedikit pria dan wanita yang beriman sama. Kini, pihak berwajib telah datang untuk membawa mereka pergi.

Alice, yang tidak berada dalam kesehatan yang baik, amat terguncang dengan kejutan yang tiba-tiba itu hingga ia merasa akan pingsan. Ia menanyakan kepada kepala polisi apakah putrinya dapat mengambil sedikit air sebelum mereka semuanya pergi menuju ke penjara.

Kepala penjara mengizinkan Rose untuk pergi ke sumur. Ia mengambil sebatang lilin dan sebuah gayung ke sumur dan kembali dengan air. Saat ia kembali menuju ke rumah, si kepala polisi menyongsongnya di pintu dan berkata, "Bujuklah ayah dan ibumu untuk bertindak lebih seperti orang-orang Kristen yang baik dan tidak seperti bidat-bidat. Maka mereka akan segera dibebaskan."

"Tuan," Rose menjawab, "mereka memiliki instruktur yang lebih baik daripada aku karena Roh Kudus mengajar mereka -- Roh yang kuharap, tidak akan mengizinkan mereka untuk sesat."

"Baiklah! Sudah waktunya untuk mengurung bidat-bidat semacam dirimu!" Kepala polisi itu menjawab. "Aku yakin kau akan dibakar bersama yang lainnya, bagi kepentingan rombongan."

"Tidak, Tuan," balas Rose, "bukan bagi kepentingan rombongan, tetapi bagi kepentingan Kristusku, jika aku harus. Dan aku percaya pada belas kasihan-Nya, bahwa jika ia memanggilku untuk melakukannya, Ia akan memampukanku untuk menanggungnya."

Salah satu dari bawahan kepala polisi berseru, "Buktikan dirinya saat ini, dan kau akan melihat apa yang akan ia lakukan nanti."

Dengan itu, si kepala polisi mengambil lilin yang menyala dari gadis itu, dan memegang pergelangan tangannya dalam jepitan yang kencang, menempatkan lilin yang menyala itu di bawah tangannya, membakarnya pada punggung tangannya demikian lama hingga kulitnya mengelupas, otot-ototnnya berderak, dan tulang-tulangnya terlihat.

"Menjeritlah! Biar aku mendengarmu menjerit!" ia berteriak.

Rose menolak untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Ketika ia akhirnya mendorongnya pergi, Rose berkata, "Tuan, apakah Anda telah selesai melakukan apa yang akan Anda lakukan?"

"Ya, dan jika kau tidak menyukainya, maka perbaikilah."

"Perbaiki!" Kata Rose, "Tidak, Tuhan akan memperbaiki Anda, dan memberi kepada Anda pertobatan, jika itu kehendak-Nya. Dan kini, jika Anda pikir baik, mulailah dari kaki, dan bakarlah pula kepalaku. Karena ia yang mengirim Anda pada pekerjaan ini akan membayar upah Anda pada suatu hari nanti, aku berjanji pada Anda."

Setelah mengatakan hal ini, Rose membawa air ke dalam rumah kepada ibunya.

Pada pagi yang sama, kepala polisi dan orang-orangnya juga menahan enam orang lainnya. Setelah mereka dipenjarakan selama beberapa hari, mereka semua dibawa ke persidangan. Masing-masing dari mereka menjawab dengan ketegasan dan menolak untuk mengubah kepercayaan mereka dengan cara apapun. Mereka dijatuhi hukuman untuk dibakar pada tiang pancang.

Saat mereka dibawa keluar, para martir berlutut, mengucapkan doa mereka, dan diikat pada tiang-tiang pancang. Ketika api membumbung ke sekitar mereka, mereka bertepuk tangan bagi sukacita di dalam api.

Orang-orang yang terus menatap -- ribuan dari mereka -- berteriak, "Tuhan menguatkan kalian! Tuhan menghibur kalian! Tuhan melimpahkan belas kasih-Nya kepada kalian!" Dan kata-kata penghiburan yang lain.

Para martir memberikan diri mereka dalam jilatan api dengan keberanian yang membuat semua yang melihat mereka menjadi takjub.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Jesus Freaks
Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit: Cipta Olah Pustaka, 1995
Halaman: 75 -- 77

Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Baca_selengkapnya......