28 November 2009

Kisah - The Last Waltz

Namaku Lily, kami tinggal di sebuah kota kecil di Manado. Sejak muda, ibuku senang sekali menari. Untuk itu, saat pernikahannya, Ayah meminta agar tarian terakhir ibu dipersembahkan untuknya. Maka dari itu, lagu pertama pada saat ibu menari adalah "The Last Waltz" dari Engelbert Humperdinck. Dan rupanya ini benar-benar menjadi kenyataan, karena beberapa bulan kemudian pada saat melahirkan aku, ibu meninggal dunia.

Daddy -- begitulah aku memanggil Ayah, karena kasihnya kepada ibu, Daddy tidak pernah mau menikah lagi. Aku dibesarkan oleh Daddy dan Nenek, dan setiap malam Natal, sudah merupakan tradisi bagi Daddy untuk selalu mengalunkan lagu kesayangannya, "The Last Waltz", sambil mengingat ibu. Ketika aku berusia 5 tahun, Daddy mengajari aku menari waltz.

Sejak saat itu, setiap malam Natal, kami menari waltz berdua. Pada hari ulang tahunku yang kedua belas, bertepatan dengan malam tahun baru, Daddy memberikan hadiah kepadaku berupa "long dress" berwarna merah, dan kami berdua menari waltz.

Pada saat itu, aku benar-benar merasa seperti sang putri dalam kisah Cinderella yang sedang menari dengan sang pangeran. Daddy sangat mengasihiku sehingga hampir semua permohonanku selalu dikabulkan olehnya, ia benar-benar mengabdikan hidupnya hanya untukku.

Namun, setiap hari Daddy harus bekerja seharian di kantor dan ia sangat sibuk, sehingga satu-satunya yang membimbing aku di rumah adalah Nenek. Kurangnya perhatian Daddy membuat aku terjerumus dalam pergaulan bebas, dan akhirnya mulai menggunakan dan kecanduan narkoba. Hampir setiap hari aku pulang malam.

Walaupun demikian, Daddy selalu menunggu kepulanganku dengan sabar. Ia baru bisa tidur setelah aku pulang. Pada malam Natal, aku lebih senang merayakannya di diskotek bersama anak-anak muda lainnya daripada bersama Daddy. Karena itulah Daddy merasa sedih, bahkan untuk pertama kalinya aku melihat Daddy mengeluarkan air mata.

Karena kebutuhanku akan narkoba semakin meningkat, akhirnya aku mencuri uang tabungan Daddy yang seharusnya digunakan untuk masa tuanya, dan melarikan diri ke Jakarta dengan harapan aku bisa mendapatkan pekerjaan dan bisa hidup mandiri di sana.

Pada hari-hari pertamaku di Jakarta, aku menumpang di rumah Om. Ternyata, mencari pekerjaan di Jakarta tidak semudah yang aku bayangkan, sehingga akhirnya aku terpaksa melamar bekerja di klub malam "Blue Ocean" sebagai pramuria. Kalau dulu aku menari dengan Daddy, di sana aku terpaksa menari dengan pria yang sebaya dengan Daddy, bahkan tak jarang, aku bersedia menemani mereka tidur di hotel.

Setelah sebulan aku berada di Jakarta, aku menerima surat dari Daddy yang dialamatkan ke kosku, rupanya Daddy mengetahui alamat kosku dari Om. Dalam seminggu, aku menerima tiga surat dari Daddy, bahkan terkadang lebih. Tetapi, tak satu pun suratnya kubalas. Jangankan kubalas, kubuka pun tidak. Aku merasa malu dan tidak berani membaca surat dari Daddy. Aku merasa berdosa terhadap Daddy, bahkan aku merasa jijik terhadap diriku sendiri.

Sudah lebih dari 1 tahun aku di Jakarta. Surat-surat yang kukumpulkan ada dalam beberapa dus. Semuanya kusimpan dengan rapi, hanya sayangnya surat-surat itu sekadar menjadi pajangan bagiku, karena aku tidak berani dan tidak mau membukanya. Aku tidak ingin Daddy mengetahui bahwa gadis kesayangannya, gadis yang demikian dibanggakannya, telah menjadi seorang pramuria, bahkan telah menjadi pecandu berat narkoba.

Beberapa hari sebelum Natal, aku menerima surat lagi, ditulis dengan tulisan tangan yang sama, dan bentuk sampul yang sama. Namun, kali ini tidak dikirim melalui pos maupun ke alamat kosku, tetapi dikirim dan dititipkan langsung ke klub malam tempat aku bekerja. Dan, ketika aku menanyakan siapa yang menitipkan surat tersebut, ternyata dari gambaran yang diberikan, orang yang menitipkan surat itu adalah Daddy. Daddy datang sendiri ke Jakarta hanya untuk mengantarkan surat untukku.

Kali ini, aku tidak tahan ingin membukanya. Dengan air mata yang berlinang, aku membaca surat itu, isinya demikian: "Lily, my dearest beloved princess, Daddy sejak lama tahu di mana kamu bekerja, Daddy meminta satu hal: 'Maukah kamu pulang kembali ke rumah untuk menari bersama Daddy?'"

Setelah membaca surat tersebut, aku langsung pulang ke kos untuk membaca ratusan surat lainnya yang belum kubuka, ternyata semua surat Daddy isinya sama. Ia menanyakan hal yang sama: "Maukah Lily menari lagi bersama dengan Daddy?"

Hari itu juga aku langsung mengambil keputusan untuk pulang. Karena menjelang Natal, hampir semua pesawat "fully book", terpaksa aku membeli tiket dengan harga yang jauh lebih mahal, dengan harapan bahwa aku bisa sampai di rumah sebelum malam Natal.

Setibanya di rumah, Daddy langsung memelukku erat, air matanya berlinang deras membasahi kepalaku. Dengan terisak-isak, Daddy bertanya sekali lagi, "Maukah Lily menari lagi bersama Daddy?" Aku mengangguk sambil menjawab, "Ya, tetapi apakah Daddy tahu, bahwa sekarang ini Lily bukanlah princess Daddy yang dulu? Aku adalah seorang pramuria yang kotor, bahkan telah mengidap penyakit AIDS, apakah Daddy tidak malu menerimaku kembali, apakah Daddy tidak takut ketularan penyakitku?"

Daddy tidak berkata sepatah kata pun, ia bergerak, memutar lagu kesayangannya, "The Last Waltz". Kemudian ia memelukku dengan penuh kasih untuk mengajak aku menari seperti hari-hari Natal sebelumnya, kali ini tidak hanya diiringi irama lagu, tetapi juga oleh tetesan air mata yang berderai.

Tanpa kuketahui, sejak aku meninggalkan Daddy, ia sering bergadang menunggu dan mengharapkan kedatanganku kembali. Selain itu, karena duka yang mendalam, Daddy mengidap kanker. Sekitar 2 minggu setelah Natal, Daddy mengembuskan napas untuk terakhir kalinya.

Rupanya, ia merasakan bahwa kematian telah dekat. Karena itulah, dalam keadaan sakit, ia memaksakan diri pergi ke Jakarta untuk mengantarkan surat kepadaku, hanya untuk mewujudkan keinginannya yang terakhir, agar ia bisa mendapatkan kesempatan sekali lagi menari dengan putri kesayangannya. Masih terngiang-ngiang di telingaku lirik lagu kesayangannya, "The Last Waltz A little girl alone and so shy/I had the last waltz with you/Two lonely people together/I fell in love with you/The last waltz should last forever/But the love we had was goin' strong."

Menjelang Natal ini, banyak orang tua mengharapkan dan menunggu kedatangan anak-anaknya. Bagaimana pun keadaan dan situasi kita saat ini, orang tua kita menerima kita apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan kita. Terlebih lagi, mereka tidak mau mengingat kesalahan-kesalahan kita di masa lalu. Hanya satu yang mereka inginkan, yaitu berkumpul bersama putra-putrinya di hari Natal, melihat dan memeluk mereka. Berapa lama lagi kita akan menyuruh mereka menunggu? Datang dan kembalilah sebelum terlambat! Kalau keadaan tidak memungkinkan, teleponlah mereka sambil mengatakan, "Aku mencintaimu, Ayah dan lbu. Selamat Natal."

Renungkanlah: Apabila kita manusia yang penuh dosa bisa mengasihi sedemikian rupa, betapa lebih besarnya kasih Allah, Sang Bapa, yang tanpa dosa dan yang tak pernah memikirkan diri sendiri, kepada kita (Matius 7:11).

Ya, Bayi Suci di Betlehem,
belailah kami dengan tangan-Mu yang mungil,
peluklah kami dengan lengan-Mu yang kecil,
tembuslah hati kami dengan tangis-Mu yang lembut dan manis.
Datanglah kepada kami, tinggallah bersama kami, Ya, Tuhan, Imanuel.
Amin.

-MANG UCUP

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: My Favourite Christmas
Penulis: Mang Ucup
Penerbit: Gloria Cyber Ministries, Yogyakarta 2006
Halaman: 18 -- 25

Baca_selengkapnya......

27 November 2009

Artikel - Jer Basuki Mowo Beo

Posted by Julian Fajar Ariyadhi on Octoberber 23, 2009 on 11:00am at
facebook Group: GKPI Citeureup


Bagi orang yang tidak mengerti bahasa Jawa- khususnya bahasa Jawa kuno- pasti merasa asing dengan pepatah Jawa yang berbunyi "Jer Basuki Mowo Beo". Pepatah itu mengandung arti yang sangat indah, yakni untuk mencapai keberhasilan diperlukan biaya atau pengorbanan.Pepatah tersebut telah dikenal beberapa ratus tahun yang lalu, namun artinya tidak pernah usang dan selalu sesuai dengan keadaan kehidupan manusia dewasa ini. Setiap orang, khususnya masyarkat Jawa, tak dapat menyangkal kebenaran arti pepatah itu.

Banyak contoh dalam kehidupan sehari- hari yang membuktikan kebenaran pepatah tersebut. Bila seseorang ingin meraih cita- citanya untuk menjadi seorang dokter, maka dia harus giat dan tekun; dan ini tentunya harus didukung oleh biaya yang cukup. Untuk itu, mereka berani mengorbankan waktu, mengorbankan kesenangan untuk tidak berhura-hura, mengorbankan tenaga dan bertekun dalam setiap pelajaran. Pada akhirnya, sederet pengorbanan itu akan membuahkan keberhasilan bagi dirinya.
Seorang karyawan di sebuah perusahaan harus bekerja selama 25 tahun baru bisa mencapai posisi sebagai direktur keuangan. Keberhasilan yang dinikmatinya itu tak terlepas dari jerih payah selama mengabdi di perusahaan tersebut. pada awal masuk perusahaan itu ia hanyalah seorang kurir untuk mengantar surat, mengambil dan menyetor uang ke bank. Namun, kejujuran, kesetiaan dan disiplin yang selalu dilakukannya kepada perusahaan tersebut menjadi modal utama baginya untuk dapat meningkatkan jenjang karirnya. Perusahaan tidak menutup mata atas prestasi yang ditunjukkan oleh karyawannya. Peningkatan demi peningkatan karir dari tahun ke tahun semakin nyata. Keberhasilan yang diraih tak terlepas dari pengorbanan sepanjang perjalanan hidupnya.
Suatu pengorbanan akan membuahkan keberhasilan. Hal itu dapat pula kita lihat dari pepatah di bawah ini:

Berakit- rakit ke hulu, berenang- renang ke tepian.
Bersakit- sakit dahulu, bersenang- senang kemudian.

Pepatah tersebut mengandung arti agar berani berkorban, siap untuk merasakan kepahitan hidup, karena pengorbanan yang dilakukannya akan membuahkan hasil yang akan membahagiakan dirinya. Pepatah itu sangat cocok untuk dihayati dan diterapkan, khususnya oleh para pemuda dan remaja, agar dirinya tidak memburu kesenangan semata, berfoya- foya untuk hal- hal yang tidak berguna dan tanpa tujuan, pemborosan dan hura- hura yang tidak bermanfaat. Orang yang biasa hidup dalam kesenangan dan kehingar- bingaran akan merasa berat apabila menghadapi kepahitan hidup, karena mental yamg terbentuk bukan mental yang tahan uji tetapi mental yang mudah menyerah.
Kepahitan hidup, bersakit- sakit dahulu, pengorbanan, semuanya itu bertujuan untuk melatih rasa prihatin dan pembentukan mental yang kuat. Hal itu tidak berarti bahwa sepanjang hidupnya seseorang harus mengalami kepahitan maupun kesakitan, tetapi yang utama adalah rela meninggalkan kesenangan demi tercapainya tujuan yang hendak diraih. Kehidupan pemuda yang hanyut dalam pergaulan yang kurang bertanggung jawab, akan melupakan falsafahnya semula, karena mengutamakan kesenangan diri tanpa memikirkan masa depannya.

Kehidupan orang Kristen juga seperti yang diajarkan pepatah di atas, harus berani berkorban dalam berbagai hal. Mengorbankan waktu, tenaga, materi untuk membantu orang yang kekurangan, dan mengorbankan kesenangan demi memenuhi panggilannya sebagai pengikut Tuhan. Memang, untuk menjadi orang Kristen tidak mudah dan--dalam istilah Alkitab-- harus berani memikul salib. Hal itu berarti rela meninggalkan kebiasaan lama, tidak mengikuti kemauan sendiri dan menanggalkan kegemaran serta kesenangannya. Mungkin pada awalnya akan terasa sakit dan pahit, tetapi itulah tugas panggilan yang harus diemban dan dilakukan sebagai jemaat Tuhan. Matius 10: 38 mengatakan:" Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku".

Sebuah lagu anak- anak Sekolah Minggu mengatakan bahwa jalan untuk mengikut Tuhan adalah jalan yang sempit dan jalan yang lebar menuju kebinasaan. Jalan yang sempit menggambarkan jalan yang tidak leluasa dan pasti tidak enak. Tetapi, setelah dapat melewati jalan yang sempit, di ujung sana menanti keselamatan dan kehidupan kekal. Bersakit- sakit dahulu, bersenang- senang kemudian, mengandung arti yang tidak jauh berbeda dengan tujuan iman Kristen yang merupakan tugas yang harus dipikul oleh setiap jiwa- jiwa Kristen.

Orang Kristen yang masih tetap mempertahankan kesenangan dirinya dan tidak berani berkorban untuk memenuhi panggilan sebagai umat Krisdalam kerajan sorga. Kesenangan duniawi yang bersifat sementara tidak dapat berlanjut setelah manusia meninggalkan dunia ini. Sebaliknya, perjuangan hidup dengan segala pengorbanan untuk memenuhi panggilan Tuhan dan menjadi pengikut- pengikut yang setia, maka kesenangan dan kebahagiaan abadi bersama Tuhan yang tidak pernah habis akan diraih dan diterimanya.
Jer basuki mowo beo, sebenarnya hanya dua kata yang menjadi arti pokok dari pepatah itu, yaitu basuki dan beo. Basuki adalah keberhasilan dan kesenangan, sedangkan beo adalah biaya dan pengorbanan. Inging berhasil memerlukan biaya dan pengorbanan. Tetapi, setiap biaya dan pengorbanan yang tidak bertujuan, yang hanya menjurus kepada kesenangan duniawi merupakan pengorbanan yang sia- sia. Orang rela mengeluarkan banyak uang untuk berfoya- foya, memberikan waktunya berjam- jam untuk suatu hiburan yang berdampak negatif, bercerita dan bercengkerama yang tidak jelas arah dan tujuannya. Pengorbanan sedemikian akan hilang dalam sekejap dan kesenangan yang diperolehnya hanya sesaat.

Firman Tuhan mengajarkan kepada umat-Nya, agar setiap insan Kristen berani memikul salib, mengorbankan diri, dan bersedia meninggalkan kesenangan duniawi dengan satu tujuan untuk mengikut jalan Tuhan. Pengorbanan yang demikian bukanlah pengorbanan yang sia- sia, tetapi pengorbanan yang pasti mendatangkan keberhasilan dan kehidupan yang kekal. Oramg Kristen yang tidak dapat bertahan dalam mengikut jalan Tuhan yang serba sulit dan sempit, biarlah pada saat ini diingatkan kembali akan panggilan Tuhan kepadanya agar tetap bertahan di dalam Dia. Sehingga pada akhirnya, setiap umat-Nya layak sebagai penerima mahkota kerajaan Allah dan kehidupan yang kekal.
Matius 16: 24 mengatakan:" Lalu Yesus berkata kepada murid- murid-Nya:' Setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku'".


Baca_selengkapnya......

Kesaksian - Teror Dalam Rumah

Awal mula dari peristiwa ini adalah adanya hantu yang meneror rumah kami di Sunter. Roh jahat ini sering sekali mengganggu penghuni rumah, terutama kakak dan adik perempuan saya. Kalau malam, kakak saya bisa berteriak-teriak histeris jika sedang diganggu hantu tersebut. Sementara adik perempuan saya pernah melihat kalau setan itu berwujud hanya setengah badan saja. Tidak tahan lagi dengan teror itu, saya (ES) menuruti anjuran teman saya dengan memanggil orang pintar untuk mengusir hantu itu dari rumah. Ia kemudian datang bersama-sama dengan murid-muridnya, melakukan persiapan-persiapan dan ritual-ritual untuk mengusir setan itu pergi. Dan setan itu pun benar-benar pergi, sehingga saya sangat bersyukur padanya. Maka saya pun memberi sejumlah uang padanya sebagai tanda terima kasih, namun saya terkejut karena ia menolak uang itu walaupun saya bersikeras. Hal itu membuat saya simpatik padanya dan menjadi akrab dengannya. Bahkan saya menjadi muridnya; ikut ke mana pun dia pergi.

Seiring berjalannya waktu, saya turut menguasai ilmunya. Kebetulan karena sejak kecil saya juga mendalami ilmu bela diri seperti karate dan kungfu, sehingga tidak terlalu sulit bagi saya untuk menguasainya. Saya sekarang dapat bertarung dengan roh jahat atau pun jin, bahkan dengan jin yang ganas sekalipun. Kalau saya mengurung jin yang ganas dalam botol, maka botol itu akan bergoncang hebat -- seakan mau pecah. Jenis setan ini kita buang ke laut. Namun kalau jin yang tidak ganas, cukup ditutup dengan kain dan dikubur di dalam tanah, kain itu bergerak-gerak seperti ada sesuatu yang bernapas di dalamnya. Ilmu itu juga bisa dipakai untuk bela diri bila terdesak. Saya bisa menghilang. Tidak sampai di situ saja, dengan ilmu saya, selain mencabut santet, saya juga bisa mengobati hampir berbagai penyakit, sampai kanker sekalipun mudah saya sembuhkan. Sehingga saya banyak dipanggil kemana-mana untuk menyembuhkan orang.

Hal itu terus berlangsung sampai anak kedua kami, David, lahir. Pada usia 1,5 tahun, kami baru menyadari kalau dia tuli. Lalu kami membawanya ke seorang dokter spesialis telinga terbaik, namun sayang menurutnya anak kami tidak bisa sembuh. Yang rusak bukan gendang telinganya, melainkan sarafnya. Tidak puas, saya membawanya ke dokter terbaik di Singapura. Hasil diagnosanya sama, tidak bisa sembuh. Kemudian dari teman-teman, saya mendengar ada sebuah obat yang sangat mujarab milik seorang sakti yang bisa menyembuhkan anak saya, tapi letaknya sangat jauh, yaitu di pedalaman Maluku. Maka saya pun pergi ke sana mencari obat itu, menggunakan pesawat, jalan darat, laut, dan sungai, sampai jauh sekali ke pedalaman untuk mengambil obat itu. Akhirnya dengan susah payah saya mendapatkan juga obat itu. Namun setelah saya pulang dan memberikannya pada anak saya, ternyata anak saya tetap tak bisa sembuh juga.

Hal itu membuat saya putus asa, kenapa penyakit kanker saja dapat saya sembuhkan, tapi penyakit tuli dan bisu anak saya sendiri tidak dapat saya sembuhkan? Saya menjadi gundah, bingung, dan bertanya-tanya. Mengapa ilmu saya tidak mempan, siapa sesungguhnya Tuhan itu? Siapa sesungguhnya Tuhan yang dicari dan disembah banyak agama? Siapa sesungguhnya Tuhan yang berkuasa atas surga? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus mengganggu dan memenuhi pikiran saya dari waktu ke waktu. Sampai suatu waktu saya menemukan Alkitab milik istri saya (istri saya seorang Kristen), saya membaca kitab itu, dan tepat jatuh pada sebuah bacaan di Kitab Ulangan yang berisi: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku."

Saya cukup tergetar membaca ayat ini, namun saya letakan kitab itu dan coba melupakannya walaupun kata-kata dari kitab itu kadang mengganggu saya. Benarkah Tuhan yang sesungguhnya itu adalah pencemburu dan membalaskan kesalahan bapa pada anaknya? Apakah sakit anak saya ini disebabkan karena saya menyembah bukan pada Tuhan yang sesungguhnya? Saya tahu itu kitabnya orang Kristen, sementara saya sangat membenci orang Kristen. Kalau mereka sedang kebaktian, saya sangat kesal dan saya mengusir mereka semua. Setahu saya, semua pendeta Kristen kalau datang pastilah akan meminta-minta uang, membuat orang Kristen sangat jelek di mata saya. Sehingga saya tidak mau menggubris apa pun kata orang Kristen atau pun kitabnya. Tidak lama kemudian, saya kembali menemukan kitab itu, membukanya, dan jatuh pada ayat yang sama. Walau cukup tergetar, saya menaruhnya kembali dan mencoba melupakannya lagi.

Namun kali ketiga, pada lain hari, sesuatu hal membawa saya berusaha mencari kitab itu, dan kembali membuka ayat yang sama. Kali ini peristiwa yang sungguh luar biasa terjadi. Tubuh saya bergetar hebat, saya jatuh, dan jantung saya seperti hendak dirampas keluar dari tubuh saya. Napas saya sangat sesak. Apa yang terjadi? Saya sungguh ketakutan, saya pasti akan mati. Tuhan pemilik kitab ini sedang marah pada saya. Dalam ketakutan dan sekarat, saya lalu berseru: "Tuhan siapakah Engkau ...?" Lalu ada sebuah suara menjawab: "Bukankah selama ini engkau yang bertanya-tanya dan mencari Aku. Akulah yang engkau cari. Akulah Yesus yang memiliki surga!" Saya tersungkur ketakutan sambil berseru, "Ampun Tuhan!" Saya sungguh gemetar, kini saya telah bertemu Tuhan sesungguhnya, yang memiliki surga itu. Saya katakan lagi, "Kini saya tahu Engkau yang punya surga, jadilah Tuhan atas hidup saya!" Saya menangis sejadi-jadinya, sebuah tangisan sukacita dan kasih, sepertinya semua beban saya terlepas.

Setelah itu saya melepaskan semua kepercayaan saya yang lama dan semua ilmu yang saya miliki. Karena sesuai ayat dari kitab yang saya baca, Tuhan yang sesungguhnya adalah Tuhan yang pencemburu, tidak mau diduakan, atau ada hal lain dalam kehidupan orang yang mengikuti-Nya. Saya meminta kepada istri saya dicarikan pendeta untuk membaptis saya. Istri saya sangat terkejut namun juga bersukacita. Maka saya pun dibaptis dan menjadi pengikut Yesus. Setelah itu saya mencoba mempraktikkan ajaran Yesus. Kalau kita mendoakan orang dengan menumpangkan tangan dan mendoakannya dengan sungguh-sungguh, maka orang itu akan sembuh. Maka saya mencoba menumpangkan tangan saya di telinga anak saya, David. Saya mendoakannya dengan sungguh-sungguh, di dalam nama dan kuasa Yesus. Setelah saya selesai mendoakannya, saya mencoba memanggil-manggil namanya.

Yang terjadi kemudian sungguh luar biasa, David kemudian menoleh mengenali suara saya. Sungguh saya sangat bersukacita saat itu, tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan sukacita saya. Tuhan Yesus sang pemilik surga yang saya jumpai itu sungguh berkuasa, pemilik seluruh kuasa di bumi dan di surga. Kini anak saya David dapat bersekolah seperti biasa, dan hidup seperti halnya teman sebayanya. Terpujilah Yesus Kristus Tuhan yang telah menghapus kutuk keturunan, dan menyembuhkan sakit anak saya. Terpujilah nama-Nya. Memang kehidupan di dalam Tuhan Yesus tidak harus selalu penuh dengan hal-hal yang menyenangkan. Namun, melewati banyak prahara dalam hidup saya, Tuhan selalu menolong dan menuntun kita melewati badai yang kita alami. Dan semua itu akan membentuk kita menjadi semakin baik, sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya yang menjadi pewaris surga yang dimiliki-Nya. Ia mengasihi saya dan begitu juga Anda. Terimalah kasih-Nya, dan masuk ke dalam jalan-Nya yang penuh damai dan sukacita.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah: VOICE Indonesia, Edisi 88, Tahun 2007
Penulis: TS
Penerbit: Communication Department -- Full Gospel Business's Men
Fellowship International -- Indonesia: Yayasan Usahawan
Injil Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta 2007
Halaman: 5 -- 7

Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Baca_selengkapnya......

17 November 2009

Kisah - Di balik kisah seorang papa...

Posted by Martina Maranatha Yusnita Sandra on November 23 at 2:42pm
facebook Group: KOREM GKPI Citeureup


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Penulis :
Chendy Octaviana Yudhi (COY)

Construction Engineer

Surface Facilities Engineering Division

HIDUP PAPA,AYAH,BAPAK,


Baca_selengkapnya......

12 November 2009

Artikel - Penyesalan

Posted by Martina Maranatha Yusnita Sandra November 12 at 2:14pm
facebook Group: KOREM GKPI Citeureup


Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda,sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya,
bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? " Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini"
Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,.... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu. Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport
yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati........

SEBERAPA MAHAL DAN BERHARGANYA KITA PERNAH KEHILANGAN SEBUAH BARANG, NAMUN TAK SEMENYESAL JIKA KITA KEHILANGAN ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI (Sebelum kita meminta maaf padanya


Baca_selengkapnya......

11 November 2009

Artikel - FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other, (I), (L)ove, (Y)ou

Posted by Martina Maranatha Yusnita Sandra November 5 at 8:59am
facebook Group: KOREM GKPI Citeureup


hemm crita ni , mgkin bsa bqin xan ngerti sebuah arti tersirat dari keluarga . .

nice mirror

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal
ketika ia lewat. “Oh, maafkansaya” adalah reaksi saya.
Ia berkata, “Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda.”

Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan.
Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.
Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan
orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah
memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di
samping saya. Ketika saya berbalik, hampir
saja saya membuatnya jatuh. “Minggir,” kata saya
dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak
menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.

Ketika saya berbaring di tempat tidur, seolah dengan halus Tuhan berbicara padaku,
“Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kesopanan kamu
gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan
dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan
beberapa kuntum bunga dekat pintu.”
“Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning
dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang
akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu.”

Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes.
Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat
tidurnya, “Bangun, nak, bangun,” kataku.
“Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?”

Ia tersenyum, ” Aku menemukannya jatuh dari pohon. Aku
mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu.
Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru”.

Aku berkata, “Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu
seharusnya tidak membentakmu seperti tadi. “

Si kecilku berkata, “Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”
Aku pun membalas, “Anakku, aku mencintaimu juga,
dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru.”

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok,
perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan
mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari?
Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan
kehilangan selama sisa hidup mereka.
Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita
ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang
bijaksana, bukan?

Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas?

Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?
Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.
FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER, (I), (L)OVE, (Y)OU


Baca_selengkapnya......

Kesaksian - Seorang Wanita Kristen Yang Memberikan Sebagian Livernya Untuk Sudara Seimannya

Jeanette Barber, yang telah dengan setia membantu nenek kami yang
sakit, memberitahuku tentang teman anak perempuannya di gereja,
Teresa Israel, yang memberikan sebagian livernya untuk didonorkan
kepada seorang teman. Aku bilang, "Jeanette, cerita soal itu, dong!"
Yang mengejutkan, beberapa hari kemudian Jeanette mengisahkan
peristiwa 4 Agustus 2002 itu kepada jurnalis harian Asheville
Citizen-Times, Susan Reinhardt.

***

Tracy Wilde, yang berusia 20-an tahun, hilang pengharapan. Ibu dua
anak perempuan dari Weaverville ini sekarat karena penyakit liver,
setelah satu dekade mengalami masalah-masalah kesehatan. Selama
hidupnya, dia tidak menginginkan apa-apa kecuali menjadi seorang ibu
yang baik. Setelah 2,5 tahun, dia mendapati bahwa dirinya
membutuhkan liver yang baru. Sejak saat itu, kesehatannya terus
menurun, dan sekarang dia terlalu lemah untuk menggendong
anak-anaknya, memasak untuk mereka, atau berlari bersama mereka di
halaman. Wendy dan Tracy bertemu di gereja pada tahun 1991. Mereka
berteman, tidak lebih dari itu, namun Wendy tidak dapat berhenti
memikirkan anak-anak perempuan yang akan kehilangan ibu mereka.
Teresa Israel juga adalah jemaat gereja itu.

Wendy mendapatkan ide (lebih tepatnya, Tuhan menempatkan keinginan
itu dalam hatinya). Keinginan itu muncul pada suatu hari di musim
panas tahun 2000. Suaminya ingat betul hari saat Wendy menyampaikan
berita yang mengguncangkannya itu: keinginannya untuk membantu
menyelamatkan Tracy. Saat itu dia baru pulang dari bekerja sebagai
staf pembenahan di penjara Craggy, dan mendapati istrinya berdiri di
pintu belakang.

Wendy diam dan menerawang sejenak, menyiapkan diri untuk apa yang
akan dia katakan. Doanya telah terjawab. Bapa Surgawinya telah
memberkatinya dengan keinginan luar biasa yang Wendy rasakan.
"Tuhan," katanya, "ingin aku melakukannya."

Setelah mendapatkan berkat ilahi ini, dia masih membutuhkan satu hal
lagi. Restu dari suaminya. Tidaklah mudah bagi seorang pria untuk
mengatakan, "Ya, Sayang, itu sungguh suatu tindakan yang mulia."
Tidak semudah itu. Keluarga Ballards telah banyak kehilangan di
beberapa tahun terakhir ini, termasuk keguguran tiga bayi dan ibu
Wendy yang meninggal karena kanker.

Akhirnya, kehidupan mereka mulai membaik dan mereka memiliki dua
anak yang cantik, pekerjaan yang baik, dan kesehatan yang baik.
Mereka memiliki rumah yang nyaman di daerah Asheville yang aman, di
mana anak-anak mereka bisa bermain di bak pasir atau ayunan di
halaman belakang.

Tim berdiri di ambang pintu. Istrinya memandang wajahnya dalam-dalam
dengan matanya yang hijau, mata yang sama yang selalu membuatnya
berhenti bernapas, sejak menit pertama dia melihatnya di musim panas
di Pantai Myrtle, S.C., sesaat setelah kelulusan SMA. Sang istri
meletakkan tangannya di perutnya sendiri, di tempat livernya berada.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Ini bukan keputusanku," kata Ballards, yang menyanyi dalam kwartet
Christian Gospel pada malam hari dan berurusan dengan para pengedar
obat terlarang, pembunuh, pemerkosa, dan pencuri pada siang hari di
penjara. Ada kelembutan dalam dirinya, sifat lembut yang tidak
terduga dari posturnya yang gagah dan kekar. "Kamu harus
mendoakannya. Bila kamu mendoakannya dan merasakan damai sejahtera,
maka aku akan mendukungmu 100%."

Wendy tersenyum dan berekspresi seperti seorang anak yang
menghampiri ibunya, seorang anak yang ingin mainan baru atau minta
izin untuk tidur lebih lama.

"Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," kata Wendy dengan suara
berbisik. Meskipun mereka telah menikah selama bertahun-tahun dan
dan menjadi sangat akrab, cinta mereka sangat kuat, rasa menghormati
sangat dalam. Mereka menghidupi janji-janji nikah mereka sesuai
dengan apa yang Alkitab katakan, dan mengambil petunjuk-petunjuk
untuk memertahankan janji-janji tersebut dari setiap halaman
Alkitab. Tanpa suami yang mendukung di belakangnya, dia akan mundur,
ia sadar permintaannya tersebut terlalu berat bagi ayah
anak-anaknya. Bagaimana mereka bisa mengatur semuanya tanpa sang
ibu, haruskah terjadi sesuatu?

Tim tahu benar siapa istrinya. Dia mengetahuinya saat dia bertemu
dengannya pada tahun 1986, gadis pirang mungil dari Chapin, S.C.,
ini adalah wanita yang akan memberikan pakaiannya kepada orang lain.
Atau, seperti yang dia hadapi saat ini, sebagian livernya.

Wendy berdiri di sana, sinar bulan menyinari rambutnya sehingga
seolah-olah ia memakai mahkota. Dia meletakkan tangannya di
perutnya, memandang wajah suaminya dan mengangkat alisnya. Bila
Tuhan mengatakan ya, dan Wendy harus melakukannya, maka suaminya
akan mendukung keputusan yang sangat bermanfaat itu.

Wendy tahu risikonya tidaklah besar. Liver dari seorang yang sudah
meninggal akan memberikan peluang 50-50 bagi seorang wanita yang
sakit. Transplantasi dari donor yang masih hidup dapat menurunkan
risikonya menjadi 25%.

Menurut Wendy, 25% cukup baginya untuk membuatnya mau berada di
bawah terangnya cahaya lampu ruang operasi dan melakukan pembedahan
dari tulang dada ke perut, dan sepanjang sisinya, membuat pembedahan
pada perut seperti simbol Mercedes yang besar. Dia akan melakukan
ini untuk seorang wanita yang bukan saudara kandungnya, bukan ibunya
atau anaknya, atau bahkan sepupunya. Hanya teman. Tapi itu sudah
cukup.

"Dia (wanita sakit itu) dan dua anaknya yang sangat berharga," pikir
Wendy. "Tuhan, mereka harus mengenal ibu mereka. Inilah yang harus
aku lakukan!"

Dengan penuh semangat dan dengan tujuan yang pasti, Wendy tidak
sabar lagi menunggu pagi hari untuk menceritakan hal ini kepada
Tracy.

"Ayo kita beritahu dia," katanya kepada Tim. Dan hari itu juga
mereka menuju ke Weaverville, berbelok ke Marshall, dan sampai di
Shepherd's Branch Road menuju ke bukit di mana terdapat dua rumah
yang jaraknya kira-kira sejauh jarak antartitik tumpu lapangan
kasti. Tracy Wilde dan suaminya tinggal di salah satu rumah itu. Ibu
dan ayahnya di rumah yang satunya.

Wendy melangkah ke beranda depan rumah Johnny dan Linda Brown. Dia
merasakan hatinya berdebar. "Inilah yang harus aku lakukan," dia
mengingatkan dirinya sendiri.

Tracy (kira-kira pada saat itu berusia 26 tahun), seorang wanita
yang lincah dan jujur yang mencintai hidup, namun tidak didukung
oleh kondisi tubuhnya, sedang duduk di ayunan. Dia tampak kurus dan
lemah seperti seorang wanita yang usianya tiga kali dari usianya
sekarang. Tubuhnya penuh dengan luka dan kerusakan organ dalam. Ini
berawal dari radang usus besar yang dideritanya 10 tahun yang lalu
(kira-kira tahun 1990), suatu penyakit yang dia rasa mengganggu
tetapi tidak berbahaya, yang kemudian menjadi semakin parah pada
tahun 1999 hingga menjadi penyakit liver yang mematikan. Dokter
mengatakan bahwa dia perlu transplantasi liver dan dokter di Mayo
mengatakan hal ini mungkin perlu waktu 10 -- 15 tahun untuk
mendapatkannya. Tracy menangis, namun kemudian merasakan suatu pesan
di hatinya, "Kamu akan mendapatkan donor liver sehingga kamu bisa
sehat. Dalam 2 -- 3 tahun, kamu akan mendapatkannya. Bukan 10 -- 15
tahun. Dan kamu akan sehat." Tuhanlah yang mengatakan itu kepadanya.

Sejak tahun 2000 hingga Maret 2002, Wendy tak henti-hentinya
menghubungi koordinator transplantasi di Klinik Mayo untuk
mendonorkan 62% dari livernya (yang akan menjadi pendonor hidup yang
ke-15 pada usia 33 di Mayo), tetapi Mayo menunggu donor dari orang
yang sudah meninggal. Pembedahan itu merupakan sesuatu yang sangat
besar, baik bagi pendonor maupun resipiennya. Sebelum operasi
dilakukan, berat badan Tracy menyusut kira-kira 80 pon dan terlalu
lemah untuk melanjutkan hidup. Tetapi pada 6 Maret 2002, Mayo
menelepon, dan pembedahan dilakukan satu bulan kemudian. Hanya 25%
peluang keberhasilannya. Tetapi tangan Tuhan turut campur; dan lima
bulan setelah operasi, keduanya sehat. Anak-anak Tracy mendapatkan
ibu mereka kembali dan dua wanita itu menjadi sahabat. Jeanette
mengatakan bahwa dia, dirinya sendiri, tahu setiap detailnya, dan
kesaksian mukjizat kesehatan ini penuh dengan detail inspiratif yang
bahkan tidak ditulis di koran.

***

Siapa pun yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat adalah
saudara seiman dan Alkitab jelas mengatakan suapaya kita saling
memerhatikan. Tetapi banyak dari "panggilan" Allah itu memerlukan
kekuatan yang dahsyat untuk bisa memenuhinya. Kebanyakan membutuhkan
lebih dari sekadar keinginan untuk tahu meskipun Tuhan sudah
melangkah dan menggunakan orang-orang yang ada dan keadaan untuk
menciptakan suatu mukjizat, seperti kisah Wendy dan Tracy. (t/Ratri)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: THE TRUTH...what is it?
Judul asli artikel: Wendy Ballard, Christian Lady Gives Part of
Her Liver to a Sister Christian
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://poptop.hypermart.net/testwb.html

Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Baca_selengkapnya......

Kisah - Orang yang paling saya benci di dunia

Pada saat kuliah, saya tinggal di rumah seorang perwira polisi. Dia adalah orang yang keras dan kasar; bukan tipe orang yang menyenangkan. Anda pasti akan memilih menjauh darinya daripada berada di dekatnya. Setelah bertahun-tahun kemudian, kami bertemu lagi. Kali ini dia adalah orang yang benar-benar berbeda. Ia menjadi begitu baik dan ramah, orang yang sangat menyenangkan untuk kita bergaul. Saya bertanya padanya, apa yang membuat ia berubah begitu drastis dan luar biasa seperti ini? Ia berkata telah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Hidupnya sungguh berubah drastis, bukan saja dalam karakter, tapi juga kariernya dalam kepolisian. Selama ini pangkatnya tertingginya hanya sersan. Namun setelah menerima Yesus, kariernya melesat dalam waktu singkat, pangkatnya menjadi Inspektur Kepala. Yang mana hal itu adalah hal yang sangat sulit di negara yang mayoritas masyarakatnya non-Kristen.

Namun, perubahan itu tidak lantas membuat saya menjadi senang bergaul dengannya. Sebaliknya, saya semakin menjauhinya. Karena ada dua macam orang yang saya paling benci di dunia ini, yang pertama adalah agen asuransi dan kedua adalah seorang Kristen yang sejati. Mengapa? Karena mereka adalah orang yang pantang menyerah dalam
mengganggu ketenangan hidup orang lain.

Demikianlah pandangan saya tentang orang Kristen saat itu. Dan benar juga, ia tidak pernah menyerah, perwira polisi itu terus datang pada saya, tapi saya tidak menghiraukan atau menggubrisnya. Ia bahkan berdoa agar kami dapat memiliki anak lagi, dan benar juga doanya, istri saya hamil kembali. Saat kehamilannya memasuki usia 6 bulan, ada sebuah masalah terjadi dan dokter berkata kami harus merelakan anak itu. Bila tidak, nyawa ibunya yang dipertaruhkan. Istri saya kemudian berseru kepada Yesus untuk menolongnya. Di rumah sakit itu Yesus datang dan menjumpainya dan istri saya pun menerima Yesus dalam hidupnya. Yang terjadi kemudian anak saya yang terakhir dapat lahir dengan selamat dan sehat.

Istri saya mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus pada tahun 1989. Setiap akhir pekan, dia membawa dua anak perempuan saya ke gereja untuk beribadah. Sebagai seorang usahawan, saya tidak pernah masuk ke gereja, saya hanya mengantar mereka sampai depan gereja dan kemudian meneruskan kesibukan saya. Sejak dia hidup dalam Yesus, saya melihat istri saya begitu berubah. Ia menjadi penuh kebaikan dan kasih, ia bahkan mengasihi saya lebih lagi. Saat itu usaha kami bertumbuh menjadi lebih besar dan lebih besar lagi, sehingga permasalahan yang datang juga lebih besar dan rumit. Hal itu membuat saya tidak bisa tidur tiap malam, karena begitu banyak persoalan yang harus saya pikirkan. Tapi saya melihat istri saya tidur dengan tenang damai, padahal dia adalah partner usaha saya, dia yang memegang keuangan dalam perusahaan kami. Bukankah kita menghadapi permasalahan dan pemikiran yang sama mengenai perusahaan, tapi mengapa ia bisa tidur setenang itu. Saya bertanya padanya, "Mengapa engkau bisa setenang dan sedamai itu? Ia menjawab, "Terimalah Yesus dalam hatimu, maka akan ada damai di hatimu."

Namun hal itu tidak membuat saya berubah. Entah mengapa saya menjadi membencinya, padahal tidak ada yang salah pada dirinya. Mungkin kemarahan saya berdasarkan kecemburuan yang tidak saya sadari, kecemburuan akan ketenangan, kedamaian, sukacita, dan kasih yang dimilikinya, sementara saya tidak memilikinya. Setiap hari saya berubah menjadi kasar padanya. Setiap dia akan pergi ke gereja, saya mengintimidasinya, mencari-cari keributan, dan mengacam untuk menceraikannya bila ia tetap seperti itu. Tapi ia bergeming, ia tetap tenang dalam menghadapi saya dan tetap mengasihi saya. Tahun 1993, saya mendapatkan begitu banyak masalah yang tidak dapat saya selesaikan, masalah itu begitu menumpuk, membuat saya begitu galau. Saya butuh kedamaian, saya butuh pemecahan atas masalah-masalah saya. Jadi suatu hari saya menemani istri saya ke gereja untuk pertama kalinya. Dan di situlah saya menemukan apa yang saya cari-cari selama ini -- kedamaian, ketenangan, sukacita, dan kasih.

Saya pun luluh. Saat itu saya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam hidup saya. Sejak itu hidup saya sungguh berubah drastis. Saya adalah sebuah ciptaan yang baru, Dia memberikan saya hidup yang baru. Tuhan mengubah cara pandang dan cara berpikir saya saat saya menekuni firman-Nya setiap hari. Dan luar biasanya, setiap doa saya pasti dikabulkan atau dijawab oleh Tuhan. Seperti saat-saat sulit dalam keuangan, dan hal-hal ketika saya butuh campur tangan Tuhan. Hal itu membuat saya semakin percaya kalau saya sedang menyembah Tuhan yang hidup, tidak ada keraguan terhadap-Nya. Hal itu berdampak dalam hidup saya sehari-hari. Saya menjadi memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mengerjakan hal-hal yang sulit dan dihindari orang. Tapi Tuhan membuat saya teguh dan kuat menghadapi bagaimanapun tantangannya. Membuat saya hidup berkemenangan melewati saat sesulit apa pun.

Seperti contohnya belum lama ini saya mengalami kesulitan finansial dengan berutang pada bank dalam jumlah yang sangat besar. Saya harus menjual properti saya untuk bisa melunasi hutang tersebut. Tapi menjual properti tidak semudah membalikkan tangan, sangat sulit menemukan pembeli dengan harga yang pas, semua pembeli menawar dengan harga yang sangat jauh di bawah normal, sehingga walaupun properti terjual, nilainya tidak bisa untuk membayar utang pada bank. Untuk menanti pembeli yang tepat butuh waktu lama, sementara utang harus segera dibayarkan. Saya berdoa meminta petunjuk Tuhan untuk dapat melalui krisis ini. Dan Tuhan memberikan jawaban. Ia
memberikan strategi yang rinci bagaimana saya bisa keluar dari krisis ini, bahkan Tuhan menunjukkan orang yang mau membeli properti saya dengan harga yang pas. Sungguh luar biasa Tuhan itu! Di dalam Yesus ada jaminan keselamatan, jaminan doa yang dijawab, dan jaminan damai sejahtera. Tuhan telah memberkati saya dengan banyak hal, Dia juga rindu untuk memakai Anda dan memberkati Anda.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah: VOICE Indonesia, Edisi 95, Tahun 2008
Penulis: LM
Penerbit: Communication Department -- Full Gospel Business's Men
Fellowship International -- Indonesia: Yayasan Usahawan
Injil Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta
Halaman: 21 -- 24

Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Baca_selengkapnya......

07 November 2009

Kisah - Anak Anjing dan Sepotong Daging

Entah ada apa dengan nafsu makanku hari itu, makananku tersisa banyak. Aku keluar rumah untuk membuang sisa makanan tersebut. Baru beberapa langkah dari pintu luar rumah, pandanganku tertuju pada seekor anak anjing.

Anak anjing itu tampak tidak terawat, meringkuk di pojokan sebuah meja bekas yang tergeletak begitu saja di depan rumah tetanggku. Aku terdiam sejenak memandang anak anjing itu, kemudian menatap bungkusan di tanganku. Kuambil daging yang nyaris tak tersentuh olehku dan aku berjalan menghampiri anak anjing itu.
Anak anjing itu sepertinya menyadari bahwa aku sedang menghampirinya. Ia mulai mendongakkan kepalanya dan menggonggong seolah berkata "jangan ganggu aku, manusia !". Melihat reaksi anak anjing tersebut, aku tidak jadi mendekat. Kuletakkan daging tersebut agak jauh darinya dan segera mundur ke tempat ku semula sambil menatapnya, berharap ia menghampiri dan memakan daging tersebut.

Dugaanku salah, ia terus menatapku sambil menyalak tiada henti, tidak menggubris daging yang kuletakkan tadi. Aku menghela napas sejenak, lalu mengambil kembali daging tersebut dan menghampiri lebih dekat kepada anak anjing tersebut.

Reaksinya sudah dapat ditebak, dia menyalak lebih kencang dari sebelumnya, mungkin karena aku sekarang sudah lebih dekat kepadanya. Entah kenapa aku lakukan ini, tapi aku mencoba berbicara dengannya "ssst, aku tidak bermaksud jahat, malah akan memberikanmu makanan lezat ini". Tapi sia-sia saja, anak anjing itu tentu saja tidak dapat mengerti perkataanku, bahkan dia tidak mencoba mengerti, dia terus saja mengonggong dan kali ini menggeram seperti bersiap menggigit.

"Baiklah", kataku pada diri sendiri. "Kubiarkan saja dia menggigit tanganku. Saat dia menggigit tanganku, dia pasti akan merasakan daging di tanganku itu dan akan sadar bahwa aku justru membawakannya makanan".

Aku berjongkok di hadapan anak anjing itu. Kusodorkan perlahan tanganku yang menggengam daging, sedikit mengeryit karena sadar bahwa sebentar lagi tanganku akan digigit. "Semoga saja giginya belum tumbuh tajam", pikirku.

Tapi apa yang terjadi ? Ah ... anak anjing itu berhenti menggonggong dan mengendus-endus, kemudian menjilat daging di tanganku. Akhirnya kulepaskan daging itu dari tanganku dan anak anjing itu makan dengan lahapnya.

Aku tersenyum, mengucap syukur pada Tuhan atas apa yang baru saja kulalui. Tiba-tiba aku tertegun merenungkan akan apa yang baru saja kualami.

Bukankah apa yang baru kualami ini mencerminkan apa yang telah Yesus lalui ?
DIA mencoba menghampiri manusia, tapi manusia menolak dengan "mengonggong" dan "menyalak" kepada-NYA.

DIA mencoba berbicara dengan manusia, tapi manusia tidak bisa mengerti dan bahkan tidak mau mengerti, bahkan "menggeram siap untuk mengigit"

Sehingga akhirnya dia memilih cara yang memilukan, DIA merelakan diri-NYA "digigit" demi memberikan "daging" kepada kita.

"Terima kasih Tuhan karena Engkau mengingatkan kembali bagaimana Engkau rela turun menjadi manusia, dianiaya dan disalibkan demi menyelamatkan kami, manusia-manusia berdosa"

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

~ W.A.W
www.cerita-kristen.com

Baca_selengkapnya......

03 November 2009

Kesaksian - Selalu Ada Jalan Keluar

Sebagai keluarga Kristen, saya (BN) beruntung memunyai seorang oma yang takut akan Tuhan. Oma selalu mendorong cucu-cucunya untuk taat berdoa, membaca firman Tuhan, dan sering memeriksa apakah kami sudah melakukannya pada malam hari sebelum kami tidur. Saat liburan, kami selalu bermain sampai larut malam. Biasanya kami cepat-cepat berdoa dan membaca Alkitab sebelum bermain agar saat ditanya Oma, kami dapat menjawab "sudah" dan boleh langsung tidur. Sejak kecil, kami diajarkan untuk rajin memberi persembahan di gereja. Untuk itu, Oma selalu menyiapkan uang yang masih baru. "Memberi persembahan kepada Tuhan haruslah yang terbaik," katanya.

Mama, yang sejak muda menjadi guru sekolah minggu, selalu mendorong kami untuk melayani Tuhan. Bahkan di dalam doanya, ia selalu memohon agar semua anak-anaknya: saya, Niko (kakak), Kristin (adik) menjadi pendeta agar bisa membimbing banyak orang hidup dalam keselamatan, pengharapan, dan kebahagiaan di dalam Tuhan Yesus -- Juru Selamat dan Raja Damai itu. Hal itu membuat saya percaya bahwa doa yang sungguh-sungguh dari seorang ibu pastilah didengar Tuhan. Jika orang tua menabur kebenaran dalam hidup ini, keturunannya juga pasti dipelihara dalam berkat Tuhan. Papa adalah seorang yang jujur dan disiplin dalam pekerjaan. Suatu hari di perusahaannya ada pergantian manajemen, sehingga Papa, yang sebelumnya diberi tanggung jawab sebagai pimpinan cabang, diberhentikan dari perusahaan. Hal itu membuat saya dan Niko harus berhenti sekolah di Malang karena tidak ada biaya.

Tahun 1965, kami pindah dari Malang kembali ke Bondowoso, dan bersekolah di sana. Untuk meneruskan biaya sekolah, orang tua kami tidak berputus asa. Mereka berjualan kacang goreng dengan dititipkan pada warung-warung kecil di pinggir jalan. Suatu ketika saya pernah diminta untuk mengantar kacang dagangan itu ke kios-kios rokok dan warung, namun saya menolaknya mentah-mentah karena saya malu. Papa tidak memarahi saya karena hal itu. Tanpa banyak bicara, ia mengambil sepeda tuanya dan mengantar sendiri kacang-kacang itu. Saya begitu tertempelak akan peristiwa itu, Papa yang dulunya seorang direktur dan biasa naik mobil, kini tanpa malu dengan sepeda tuanya menjajakan kacang goreng demi kelangsungan hidup keluarganya. Peristiwa itu membuat saya belajar dari Papa bagaimana menghadapi perubahan kehidupan dengan penuh ketegaran dan tanggung jawab. Jangan takut menghadapi kesulitan hidup ini, tapi hadapi dengan keberanian dan kesungguhan hati, sebab di dalam Tuhan Yesus selalu ada jalan keluar!

Beberapa waktu berlalu, akhirnya Papa mendapat pekerjaan lagi sebagai pimpinan di suatu perusahaan sehingga kami bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Niko lulus sebagai insinyur pertanian dan saya lulus sebagai insinyur teknik sipil dari Universitas Kristen Petra, Surabaya. Di situ juga saya berjumpa dengan seorang mahasiswi cantik bernama Linda saat Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram). Kami menikah pada tahun 1973. Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang memberikan Linda sebagai istri. Karena Linda, sejak remajanya, juga adalah seorang yang sangat kuat prinsip kekristenannya. Ia berlaku disiplin dan mengajar dengan bijak pada ketiga anak kami, yaitu Olivia, Raymond, dan Herbert untuk hidup mengasihi dan menghormati Tuhan. Saat kami berdua, suami-istri, bersepakat dan berdoa, apapun masalahnya Tuhan selalu memberikan jalan keluar. Tuhan sungguh ajaib dan penuh mukjizat dalam kehidupan keluarga kami.

Pada waktu Raymond anak kami baru berumur 8 bulan, ketika sedang disuapi tiba-tiba bola matanya terbalik, hanya kelihatan putihnya saja dan hampir-hampir tidak bisa bernapas lagi. Kami sangat panik. Kami segera membawanya ke dokter. Melihat kondisi seperti itu, dokter menyarankan agar Raymond langsung dibawa ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit dan diperiksa, dokter memanggil kami berdua dan menjelaskan bahwa Raymond kemungkinan mengalami radang otak. Dan akibat dari radang tersebut dapat mengakibatkan kematian atau akan terjadi gangguan pada otaknya. Kejadian ini membuat kami sedih sekali, kemudian saya katakan kepada Linda bahwa kita terima saja kondisi terburuk yang akan terjadi. Tetapi justru dalam keadaan semacam ini, Linda sangat percaya bahwa Tuhan pasti sembuhkan Raymond. Karena dia percaya bahwa sejak dalam kandungan, kami sudah menyerahkan anak kami sepenuhnya kepada Tuhan untuk melayani-Nya.

Kata-kata yang penuh iman itulah yang menyadarkan saya untuk kami sepakat berdoa. Sambil bergandengan tangan, kami berseru: "Tuhan Yesus, tolong Raymond!" Tanpa perlu menunggu lama, setelah berdoa, terjadi mukjizat itu. Ketika Linda sedang memegang tangan Raymond, tiba-tiba tangannya bisa merespons dan pada waktu yang hampir bersamaan, kami melihat bola matanya kembali normal! Raymond sembuh total! Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah: VOICE Indonesia, Edisi 95, Tahun 2008
Penulis: Nico Pelamonia/LM
Penerbit: Communication Department -- Full Gospel Business's Men
Fellowship International -- Indonesia: Yayasan Usahawan
Injil Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta
Halaman: 5 -- 7

Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Baca_selengkapnya......